Berdasarkan data yang disampaikan oleh Bapak Yusuf
Kalla pada Kongres Umat Islam setahun yang lalu di Pangkal Pinang, bahwa jumlah
masjid di Indonesia itu terbesar di dunia, ada sekitar 800.000 masjid, jumlah
ini menunjukkan bahwa potensi ummat Islam itu sangat besar, dilihat dari
valuenya saja bila satu masjid bernilai 100 juta, maka asset ummat islam dalam masjid
ini sudah lebih dari 80 T, lumayan besar bukan ?
Itu baru dari nilai asset, masid sebagai bangunan,
belum lagi bila dilihat dari masjid sebagai suatu Lembaga, tidak hanya sebagai Lembaga
dakwah, namun lebih luas sebagai Lembaga perberdayaan ummat, bila satu masjid dapat
membina minimal 100 orang di sekitarnya, maka selesai lah sudah persoalan lebih
dari separo umat Islam di Indonesia.
Potensi masjid sangat besar
Banyak sekali mesjid besar dan
sangat bagus namun berfungsi hanya sebagai tempat ibadah khususnya sholat dan ibadah ritual lainnya, padahal masjid dapat lebih
fungsional untuk potensi pemberdayaan ummat lainnya. Masjid tidak hanya
berfungsi selama sekitar 5 jam pada waktu sholat jamaah, padahal masjid
seharusnya dapat berfungsi selama 24 jam.
Pada waktu diluar waktu
sholat, hampir sebagian besar mesjid menutup diri, kamar mandi ditutup, bahkan
tempat sholatpun kadang juga ditutup, sehingga orang yang akan melaksanakan
sholat diluar waktu jamaah hanya dapat melaksanakannya di serambi masjid,
bahkan yang lebih parah lagi parkirpun ditutup, sehingga musafir tidak masuk ke
dalam rumahnya ini, kan masjid dimanapun
adalah rumah kaum muslimin.
Manajemen ini saya maksudkan
adalah memberdayakan
masjid sebagai pusat kegiatan seluruh ummat, orang musafir tidak perlu khawatir
apabila ketemu masjid pasti dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, bisa istirahat,
bisa mandi, atau bahkan bisa makan dan lain-lain.
Demikian juga keperluan
lain, dari warga sekitar, apapun yang diperlukan akan dapat dipenuhi dari
masjid, siapapun yang melewati masjid dapat mengadukan seluruh keperluan
hidupnya disini, disamping kebutuhan istirahat dan lain-lain seperti diatas,
juga dapat memberdayakan para fakir miskin, apa sebenarnya masalah yang
dihadapinya, kalau masalah pekerjaan bisa dicarikan jalan keluar dari komunitas
sekitar masjid, kurang modal, kurang
aman, kurang nyaman dan sebagainya dapat semuanya dipenuhi dari masjid.
Pertanyaannya,
bagaimana bisa mesjid itu sangat powerfull seperti itu ?
Sangat banyak masjid pada setiap Jumat mengumumkan
posisi keuangannya, jumlahnya sangat banyak yang angkatnya jutaan, apakah para
donatur yang menyisihkan hartanya di jalan Allah itu hanya cukup sampai pada
untuk mengisi rekening mesjid ? tentu saja tidak kan diharapkan dana tersebut dapat segera di manfaatkan untuk se
besar-besar kepentingan ummat.
Saya yakin bila setiap
Jumat yang disampaikan bukan posisi saldo keuangan masjid, tetapi posisi
kinerja mesjid dalam rangka memberdayakan ummat sekitarnya, maka para donatur
akan lebih giat lagi menyisihkan dananya, karena karakter muslim Indonesia itu
sangat dermawan apalagi bila hal itu jelas dikaitkan dengan sesuatu kegiatan
yang menyangkut amal yang berdampak langsung nyata dan terlihat hasilnya, semua kita tahu sudah ada beberapa contoh masjid
yang dapat melakukannya dan, berhasil.
Bagaimana
manajemennya ?
Manajemen keuangan
jelas sudah ada konsepnya yaitu baitulmal, saat ini beberapa pemerintah daerah sudah mulai
menerapkan satu setiap masjid dengan satu bmt, dengan konsep ini makin nyatalah
manajemen sebuah masjid akan dapat semakin efisien, karena manajemennya
dikelola secara professional oleh BMT.
Manajemen BMT berbasis masid ini relative lebih aman,
karena apabila sekarang orang kurang yakin dengan
segala macam yang berhubungan dengan manajemen keuangan karena korupsi sudah
sangat membudaya dari tingkat terendah sampai ke tingkat tinggi, namun saya yakin
apabila dikaitkan dengan masjid masih sangat dapat dipercaya, segila-gilanya
koruptor masih berfikir dua kali apabila harus mengkorup uang mesjid, apabila
ada orang gila yang lebih gila dari orang gila pun jumlahnya pasti dapat
ditekan, karena bagaimanapun hati kecil pasti akan kecut bila dihadapkan dengan
yang namanya Tuhan.
Manajemen operasional, perberdayaan ummat berbasis
masjid
Kita mulai dari manajemen keuangan, saat ini kita
lihat manajemen keuangan masjid dikelola sendiri oleh DKM, bagaimana mengelola
keuangan masjid ini, kadang kita temui akuntansi yang salah, atau pengelolaan
yang salah, kita maklum karena pengelolaan itu ditangani secara sambilan, dan
mungkin oleh orang yang kurang memahami manajemen dan keuangan.
Bagaimana bila konsep BMT berbasis masjid, artinya ada
sebagian ruang di masjid yang disediakan untuk kantor BMT, dan operasional BMT
ini adalah full selama jam kerja dan hari kerja, sehingga extrimnya dalam DKM
sebuah masjid sudah tidak diperlukan lagi adanya bendahara, yang menjabat sebagai
bendahara ya manager BMT itulah.
Dari situlah mulai nampak efesiensi dan efektifitas
pengelolaan masjid, karena tidak diperlukan lagi ada kas harian, setiap
kepeluan ( harian ) masjid dapat ditangani langsung oleh BMT, kan BMT nya ada
di dalam masjid.
Lebih luasnya lagi, kas yang ada di BMT itu dapat
diberdayaakan untuk peningkatan ekonomi ummat, sehingga pembinaan UKM yang
sekarang dengan konsep pinjaman yang berlaku di bank, sehingga peminjam
diperlakukan seperti sapi perah, harus mengasilkan susu setiap hari ( bunga ),
dan apabila sudah tidak mengahsilkan lagi maka siap untuk di potong ( disita
agunannya ).
Dalam konsep BMT ini dapat membina UKM seperti
layaknya, cow boy menggembala ribuan sapi di padang yang luas, namun tidak boleh
ada satu sapipun yang menyimpang, begitu juga di BMT, UKM tidak diperlukan lagi
adanya agunan, diteliti konsepnya, buat Kerjasama secara musyarakah, dan setiap
BMT ada penggembala yang tidak hanya memonitor usaha UKM namun ikut terlibat
didalamnya.
Bagaimana kalau ada kendala ?
Karena adanya pendamping ini maka setiap perubahan
dapat diketahui dari awal, BMT itu badan hukumnya koperasi, dan koperasi itu
ada kewajiban Pendidikan kepada anggotanya, artinya disamping BMT itu
memberikan pembiayaan namun juga memberikan pendampingan pelatihan dan Pendidikan,
jadi UKM itu kemungkinannya hanyalah satu, lebih maju.
Detailnya masih sangat
banyak, tetapi intinya segala kegiatan posistif sebenarnya dapat dipusatkan di
mesjid, atau paling tidak mesjid sebagai pusat nya, apabila semua masjid sudah
dapat berlaku seperti ini, dan setiap ummat sudah menganggap mesjid adalah
sebagai rumah orang tuanya yang dapat memberikan jalan keluar bagi setiap
masalahnya, saya yakin dalam waktu singkat Indonesia menjadi negara yang sangat
makmur, tanpa harus banyak berteori, karena langkah ini diambil dari bawah dan
sangat nyata.
Tinggal saudara kita
ummat yang beragama lain melakukan hal yang sama, ummat Kristiani melakukan hal
ini terhadap gerejanya, ummat Budha terhadap viharanya, ummat Hindu terhadap
puranya, adil makmurlah Indonesia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar