Jumat, 15 Januari 2021

MANAJEMEN PEMBERDAYAAN UMMAT BERBASIS MASJID

 



Berdasarkan data yang disampaikan oleh Bapak Yusuf Kalla pada Kongres Umat Islam setahun yang lalu di Pangkal Pinang, bahwa jumlah masjid di Indonesia itu terbesar di dunia, ada sekitar 800.000 masjid, jumlah ini menunjukkan bahwa potensi ummat Islam itu sangat besar, dilihat dari valuenya saja bila satu masjid bernilai 100 juta, maka asset ummat islam dalam masjid ini sudah lebih dari 80 T, lumayan besar bukan ?


Itu baru dari nilai asset, masid sebagai bangunan, belum lagi bila dilihat dari masjid sebagai suatu Lembaga, tidak hanya sebagai Lembaga dakwah, namun lebih luas sebagai Lembaga perberdayaan ummat, bila satu masjid dapat membina minimal 100 orang di sekitarnya, maka selesai lah sudah persoalan lebih dari separo umat Islam di Indonesia.


Potensi masjid sangat besar


Banyak sekali mesjid besar dan sangat bagus namun berfungsi hanya sebagai tempat ibadah khususnya sholat dan ibadah ritual lainnya, padahal masjid dapat lebih fungsional untuk potensi pemberdayaan ummat lainnya. Masjid tidak hanya berfungsi selama sekitar 5 jam pada waktu sholat jamaah, padahal masjid seharusnya dapat berfungsi selama 24 jam.


Pada waktu diluar waktu sholat, hampir sebagian besar mesjid menutup diri, kamar mandi ditutup, bahkan tempat sholatpun kadang juga ditutup, sehingga orang yang akan melaksanakan sholat diluar waktu jamaah hanya dapat melaksanakannya di serambi masjid, bahkan yang lebih parah lagi parkirpun ditutup, sehingga musafir tidak masuk ke dalam rumahnya ini, kan masjid dimanapun adalah rumah kaum muslimin.


Manajemen ini saya maksudkan adalah memberdayakan masjid sebagai pusat kegiatan seluruh ummat, orang musafir tidak perlu khawatir apabila ketemu masjid pasti dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, bisa istirahat, bisa mandi, atau bahkan bisa makan dan lain-lain.


Demikian juga keperluan lain, dari warga sekitar, apapun yang diperlukan akan dapat dipenuhi dari masjid, siapapun yang melewati masjid dapat mengadukan seluruh keperluan hidupnya disini, disamping kebutuhan istirahat dan lain-lain seperti diatas, juga dapat memberdayakan para fakir miskin, apa sebenarnya masalah yang dihadapinya, kalau masalah pekerjaan bisa dicarikan jalan keluar dari komunitas sekitar masjid, kurang modal,  kurang aman, kurang nyaman dan sebagainya dapat semuanya dipenuhi dari masjid.


Pertanyaannya, bagaimana bisa mesjid itu sangat powerfull seperti itu ?


Sangat banyak masjid pada setiap Jumat mengumumkan posisi keuangannya, jumlahnya sangat banyak yang angkatnya jutaan, apakah para donatur yang menyisihkan hartanya di jalan Allah itu hanya cukup sampai pada untuk mengisi rekening mesjid ? tentu saja tidak kan diharapkan dana tersebut dapat segera di manfaatkan untuk se besar-besar kepentingan ummat.


Saya yakin bila setiap Jumat yang disampaikan bukan posisi saldo keuangan masjid, tetapi posisi kinerja mesjid dalam rangka memberdayakan ummat sekitarnya, maka para donatur akan lebih giat lagi menyisihkan dananya, karena karakter muslim Indonesia itu sangat dermawan apalagi bila hal itu jelas dikaitkan dengan sesuatu kegiatan yang menyangkut amal yang berdampak langsung nyata dan terlihat hasilnya, semua kita tahu sudah ada beberapa contoh masjid yang dapat melakukannya dan, berhasil.


Bagaimana manajemennya ?


Manajemen keuangan jelas sudah ada konsepnya yaitu baitulmal, saat ini beberapa pemerintah daerah sudah mulai menerapkan satu setiap masjid dengan satu bmt, dengan konsep ini makin nyatalah manajemen sebuah masjid akan dapat semakin efisien, karena manajemennya dikelola secara professional oleh BMT.


Manajemen BMT berbasis masid ini relative lebih aman, karena apabila sekarang orang kurang yakin dengan segala macam yang berhubungan dengan manajemen keuangan karena korupsi sudah sangat membudaya dari tingkat terendah sampai ke tingkat tinggi, namun saya yakin apabila dikaitkan dengan masjid masih sangat dapat dipercaya, segila-gilanya koruptor masih berfikir dua kali apabila harus mengkorup uang mesjid, apabila ada orang gila yang lebih gila dari orang gila pun jumlahnya pasti dapat ditekan, karena bagaimanapun hati kecil pasti akan kecut bila dihadapkan dengan yang namanya Tuhan.


Manajemen operasional, perberdayaan ummat berbasis masjid


Kita mulai dari manajemen keuangan, saat ini kita lihat manajemen keuangan masjid dikelola sendiri oleh DKM, bagaimana mengelola keuangan masjid ini, kadang kita temui akuntansi yang salah, atau pengelolaan yang salah, kita maklum karena pengelolaan itu ditangani secara sambilan, dan mungkin oleh orang yang kurang memahami manajemen dan keuangan.


Bagaimana bila konsep BMT berbasis masjid, artinya ada sebagian ruang di masjid yang disediakan untuk kantor BMT, dan operasional BMT ini adalah full selama jam kerja dan hari kerja, sehingga extrimnya dalam DKM sebuah masjid sudah tidak diperlukan lagi adanya bendahara, yang menjabat sebagai bendahara ya manager BMT itulah.


Dari situlah mulai nampak efesiensi dan efektifitas pengelolaan masjid, karena tidak diperlukan lagi ada kas harian, setiap kepeluan ( harian ) masjid dapat ditangani langsung oleh BMT, kan BMT nya ada di dalam masjid.


Lebih luasnya lagi, kas yang ada di BMT itu dapat diberdayaakan untuk peningkatan ekonomi ummat, sehingga pembinaan UKM yang sekarang dengan konsep pinjaman yang berlaku di bank, sehingga peminjam diperlakukan seperti sapi perah, harus mengasilkan susu setiap hari ( bunga ), dan apabila sudah tidak mengahsilkan lagi maka siap untuk di potong ( disita agunannya ).


Dalam konsep BMT ini dapat membina UKM seperti layaknya, cow boy menggembala ribuan sapi di padang yang luas, namun tidak boleh ada satu sapipun yang menyimpang, begitu juga di BMT, UKM tidak diperlukan lagi adanya agunan, diteliti konsepnya, buat Kerjasama secara musyarakah, dan setiap BMT ada penggembala yang tidak hanya memonitor usaha UKM namun ikut terlibat didalamnya.


Bagaimana kalau ada kendala ?


Karena adanya pendamping ini maka setiap perubahan dapat diketahui dari awal, BMT itu badan hukumnya koperasi, dan koperasi itu ada kewajiban Pendidikan kepada anggotanya, artinya disamping BMT itu memberikan pembiayaan namun juga memberikan pendampingan pelatihan dan Pendidikan, jadi UKM itu kemungkinannya hanyalah satu, lebih maju.


Detailnya masih sangat banyak, tetapi intinya segala kegiatan posistif sebenarnya dapat dipusatkan di mesjid, atau paling tidak mesjid sebagai pusat nya, apabila semua masjid sudah dapat berlaku seperti ini, dan setiap ummat sudah menganggap mesjid adalah sebagai rumah orang tuanya yang dapat memberikan jalan keluar bagi setiap masalahnya, saya yakin dalam waktu singkat Indonesia menjadi negara yang sangat makmur, tanpa harus banyak berteori, karena langkah ini diambil dari bawah dan sangat nyata.


Tinggal saudara kita ummat yang beragama lain melakukan hal yang sama, ummat Kristiani melakukan hal ini terhadap gerejanya, ummat Budha terhadap viharanya, ummat Hindu terhadap puranya, adil makmurlah Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar